Saturday, April 20, 2024
HomeCatatan KamiTeknik Metering Fotografi Oleh Arbain Rambey

Teknik Metering Fotografi Oleh Arbain Rambey

Arbain Rambey
Arbain Rambey

Tulisan ini disusun berdasarkan kultwit bang Arbain Rambey pada 02 Januari 2012. Tambahan gambar dan ilustrasi untuk mempermudah pemahaman. Anda bisa follow akun twitter-nya di @arbainrambey.

Dalam dunia fotografi istilah metering adalah proses mengukur pencahayaan agar menghasilkan foto yang baik. Metering adalah proses dalam fotografi yang bisa diotomatiskan selain White Balance. Jd, kalau bicara soal otomatis atau manual, sebenarnya cuma soal dua ini.

Metering sebenarnya sangat kecil porsinya dalam membentuk sebuah foto karena ada 3 faktor yang lebih dominan: komposisi, angle dan moment. Walau porsinya kecil dan bisa dikoreksi dalam batas tertentu, metering adalah pintu masuk ke sebuah foto. Kesalahan metering yang masih bisa dikoreksi dengan baik adalah jika overeksspose maksimal 1 stop, dan kalau under ekspose kadang masih bisa 2 stop.

Macam Metode Metering

Belajar metering dimulai dengan membaca buku manual kamera. Kuasai tombol-tombol dan bagian yang berhubungan dengan metering ini. Metering akan sangat mudah kalau pemandangan atau obyek yang akan dipotret cahayanya rata, artinya tak ada yg terlalu terang, tidak ada yang terlalu gelap.

Memulai kegiatan metering dilakukan dengan memilih metoda apa yang akan dipakai. Secara umum, ada 3 macam cara metering (pada gambar disamping ditampilkan macam-macam metering, pengukur cahaya ditandai dengan warna merah). Namun di kamera-kamera yg baru, ada beberapa metode tambahan yg sebenarnya hanya variasi dari yang 3 metode itu, yaitu :

  1. Matrix (atau dikenal juga sebagai Average atau Evaluative), yaitu mengukur area pemotretan dengan merata-ratakan cahayanya. Metering metode ini menganalisa seluruh bidang yang difoto lalu membuat kesimpulan. Beda kamera ada beda hasil, walau bedanya sedikit.
  2. Center Weight, Kalau Matrix merata-rata seluruh area yang difoto, Center Weight juga merata-rata tetapi hanya sekitar 40% pada bagian tengah area yang difoto.
  3. Spot, yaitu mengukur pada sebuah titik kecil yang letaknya bisa dipilih sesuai selera fotografernya.

Proses Teknik Metering

Lightmeter di Kamera
Lightmeter di Kamera

Sebelum melangkah lebih jauh , mari kita memahami apa yang dilakukan kamera saat melakukan metering. Saat melakukan metering, sang kamera mengukur “kecerahan” yang “dilihatnya”, lalu menghitung diafragma dan kecepatan rana (shutter) berapa yang diperlukan. Sekarang saya ingin memastikan, apakah Anda sudah tahu cara memakai lightmeter di kamera untuk melakukan metering ? Buka buku manual!.

Gambar disamping adalah salah satu contoh penggunakan lightmeter di kamera, yaitu pada bagian bar kecil yang bergerak dari -2 menuju +2 (di bagian tengah) karena perubahan shutter speed (di bagian kiri). Ketika posisi bar pada angka -2, artinya adalah underekspose (foto terlalu gelap).  Ketika di +2, artinya adalah overekspose (terlalu terang). Yang paling seimbang adalah di posisi tengah.

Praktek Teknik Metering

Setelah paham cara memakai lightmeter di kamera Anda, mari kita mulai eksplore lebih dalam apa itu metering. Sekarang praktek singkat teknik metering. Coba letakkan sebuah baju berwarna putih, baju berwarna hitam dan baju berwarna lain bersebelahan dan berdekatan. Coba Anda lakukan metering pada ketiga baju bergantian. Akan tampak hasil kecerahan foto yang berbeda-beda bukan (lihat juga pada lightmeter bar) ? Padahal, dengan sumber cahaya yang sama, metering pada ketiga baju seharusnya menghasilkan angka yang sama.

Baju hitam cenderung memberi speed lambat dari perhitungan metering-nya, sedangkan baju putih sebaliknya. Kamera mengukur “kecerahan” apa pun untuk dijadikan gray 18 persen di foto nantinya. Itu prinsip utama metering. Gray 18 persen adalah abu-abu dengan kepekatan optis 18 persen. Anda bisa beli graycard 18 persen di toko foto. Contoh gray 18 persen terlihat pada gambar di bawah.

Gray Card 18%

Saya tegaskan bahwa metering & graycard di sini bukan masalah warna tetapi soal “kecerahan”. Jadi baju hitam menunjukkan metering lambat karena oleh kamera hitam itu akan dikonversi ke gray 18 persen (yang lebih cerah, logika: dari gelap ke cerah -> butuh waktu lebih lama -> speed lebih lambat).  Demikian pula putih akan jadi metering cepat karena oleh kamera akan dijadikan gray 18 persen (yg lebih gelap, logika: dari cerah ke gelap -> butuh waktu lebih sedikit -> speed lebih lambat).

Pertanyaannya: siapa sih yang iseng memilih angka 18 persen untuk tolok ukur metering ini ? Mengapa 18 ? Ada apa dengan angka ini ? Jadi sebenarnya kita bisa mengukur ke kulit manusia dalam setiap pemotretan, asal yg diincar adalah orang bule normal. Untuk kulit Melayu (yang umumnya lebih gelap daripada bule), Anda bisa mengkompensasi metering nya dengan MINUS agar sesuai. Untuk Kulit yang putih banget, kompesasikan ke PLUS. Gunakan tombol bertanda plus garis miring minus untuk melakukan kompensasi. Jadi rumusnya :

  • Kompensasi MINUS dalam metering, jika rata-rata kecerahan yang Anda potret kira-kira  lebih gelap daripada gray 18%.
  • Kompensasi PLUS, jika area yang Anda potret “rasanya” lebih terang daripada gray18%.

Mari kita ke penjabaran yang lebih mudah dalam soal metering ini. Saat memotret, Anda melakukan metering pada area yang akan dipotret. Untuk hasil akurat, pakai metode SPOT ke daerah yang kira-kira secerah gray 18%. Cara metering ini hanya bisa dilakukan kalau tak buru-buru, misalnya memotret pemandangan matahari terbit/tenggelam.  Sedangkan cara metering paling cepat adalah dengan metode EVALUATIVE, lalu pakai kecerdasan dan pengalaman Anda untuk melakukan kompensasi.

LIghtmeter Terpisah, Image Credit : Sesonic
LIghtmeter Terpisah, Image Credit : Sesonic

Memotret secara umum melakukan metering dari pantulan cahaya yang kembali ke kamera. Tapi pengukuran metering terbaik adalah dengan mengukur cahaya langsung dari sumbernya dengan lightmeter terpisah (Mamiya, Seconic dll).

Jadi, metering itu adalah soal memilih metodanya dan kompensasinya. Setelah dapat, mau otomatis atau manual tidak ada bedanya. Intinya Anda mengukur agar foto mempunyai “kecerahan” seperti yang diinginkan. Bukan masalah salah atau benar!. Ilmu metering juga tidak cuma ilmu melakukan. Tapi juga butuh menghafal kasus-kasus tertentu misal : model membelakangi cahaya, kembang api atau memotret Star Trail dll. Jika Anda banyak merasa yang tidak mengerti, berarti Anda perlu baca-baca soal teori dasar lagi atau tinggalkan comment / pesan di bawah, mungkin kita bisa berdiskusi).  Semoga bermanfaat.

Bhakti Utamahttp://blog.bhaktiutama.com
A writer and photographer with a passion for technology, astronomy, and virtual reality. Skilled in multiple programming languages, specializing in software architecture.
RELATED ARTICLES

Latest

Most Popular

Catatan Kami