Oleh : Arbain Rambey (via twitter : @arbainrambey)
Seperti biasa, artikel dari bang Arbain Rambey disusun dari kultwitnya di twitter. Kali ini mengenai panduan teknik fotografi panggung. Kultwit sengaja kami jabarkan dalam bentuk artikel singkat, kami tambahkan beberapa ilustrasi agar lebih mudah dipahami. Foto-foto yang ditampilkan hanya sebagai ilustrasi contoh, dan tetap hak milik dan hak cipta Arbain Rambey.
Fotografi panggung adalah fotografi merekam acara pertunjukan, apa pun pertunjukan itu. Hampir separuh foto panggung membutuhkan post processing agar tampil sempurna. Fotografi panggung secara umum terbagi dua kegiatan yaitu dokumentasi dan liputan. Dijelaskan sebagai berikut :
- Kegiatan dokumentasi pada fotografi panggung dilakukan pihak pelaku untuk merekam segala aktifitas yang terjadi, baik depan atau belakang panggung.
- Kegiatan liputan pada fotografi panggung umumnya dilakukan media massa untuk berita kebudayaan atau kesenian di koran dan majalah.
Sebagian besar pertunjukan panggung berlangsung malam hari, sebagain besar dilaksanakan dalam gedung. Fokus utama fotografi panggung adalah: low light photography (fotografi dengan pencahayaan minim) dengan pendekatan “pemaknaan” sesuai tujuan dari pertunjukan. Fotografi panggung terdiri dari: musik, fashion, tari dan teater. Secara umum, pertunjukan panggung dirancang untuk ditonton pengunjung, dan bukan untuk difoto. Maka, fotografer harus menyiasati dengan beberapa penyesuaian diri.
Permainan pencahayaan dirancang untuk ditonton, sehingga kadang saat difoto pencahayaan yang ada di foto tidak rata. Lampu warna-warni yang mencahayai sebuah pertunjukan memang dirancang untuk membuat pertunjukan itu meriah. Pencahayaan aneka warna memang rancangan asli pertunjukan itu, maka jangan dikoreksi.
Setting Kamera
White Balance dalam memotret sebuah pertunjukan sebaiknya disetting daylight agar mendekati mata manusia melihat. Merah terekam merah, biru terekam biru. Namun hasil terbaik akan dicapai kalau Anda memakai format file RAW, untuk kemudian dapat mengatur warna menggunakan komputer sesuai kebutuhan artistik yang ada.
Secara umum, fotografi panggung membutuhkan ISO minimal 400 dan lensa cepat dengan bukaan terbesar minimal f/2.8. Bukaan 2.8 bukan berarti harus memakai 2.8. Namun bukaan yang besar memudahkan kita membidik obyek dalam suasana cahaya remang. For your info, saat kita melihat di jendela bidik, itu kita melihat dengan lensa yang terbuka pada bukan terbesarnya.
Metoda pengukuran pencahayaan (metering) pada fotografi panggung bisa M (manual) bisa pula A (aperture priority). Pemakaian M dianjurkan manakala kondisi pencahayaan demikian rumit, misal bagian yang tercahayai hanya sangat sedikit. Secara umum, dianjurkan memakai A agar segala perubahan pencahayaan bisa “dikejar” oleh kamera, bukan oleh kita. Metoda metering pada M sebaiknya spot, sedangkan pada A sebaiknya Matrix.
Manakala kita memutuskan memakai A demi kecepatan mendapatkan gambar, harus disadari bahwa pencahayaan panggung sangat tidak rata. Ketidakrataan pencahayaan panggung membuat metering akan tertipu. Untuk mengatasi hal ini, gunakan tombol kompensasi yaitu tombol +/-. Kompensasi minus (-) dilakukan bila latar belakang panggung lebih gelap daripada latar depan. Sebaliknya jika belakang panggung lebih terang gunakan kompensasi plus (+). Kompensasi minus adalah 80 persen dari fotografi panggung. Sebagian besar latar belakang pertunjukan lebih gelap daripada depannya.
Studi Kasus
Besarnya kompensasi minus tergantung perbandingan bidang terang dan gelap pada panggung. Makin banyak gelapnya, makin minus. Foto bisa sampai minus 3 karena bidang gelap luas. Foto di sebelumnya juga menunjukkan bahwa warna-warna aneh masuk ke badan artis karena memang dirancang begitu. Cek juga foto di bawah yang juga minus 3 stop!
Sedangkan warna merah dan biru bisa muncul bareng bisa dilihat contoh di bawah yang pertama. Secara umum, pada fotografi panggung, cahaya datang dari belakang fotografer. Tapi kadang tidak. Contoh foto yang datang dari belakang artisnya adalah foto berikutnya :
Foto di atas sang fotografernya juga sengaja melawan cahaya menimbulkan efek dramatis cahaya. Untuk pencahayaan melawan cahaya, gunakan mode manual (M) dan metering spot, atau tetap mode Aperture Priority (A) dengan semangat coba-coba. Intinya, pencahayaan panggung cepat sekali berubah. Jangan harap semua foto Anda selalu tepat meteringnya. Meleset sedikit OK.
Kategori Musik
Kita mulai dengan fotografi panggung kategori musik. Pertunjukan musik bisa terbagi menjadi
- Musik hening yang melarang flash dan suara kamera yang keras (kamera mengeluarkan bunyi mekanikal shutter).
- Musik hingar bingar yang motretnya pakai petasan pun boleh.
Musik hening adalah pertunjukan musik kamar dalam sebuah ruangan kecil, juga musik orkestra yang punya bagian-bagian hening. Untuk memotret musik hening, pakailah kamera hening. Beberapa kamera punya mode CS (continue silent) / Pertunjukan musik juga membedakan penampilnya: penyanyi solo, grup penyanyi atau band utuh.
Memotret penyanyi solo, fokusnya memang ke penyanyi itu. Band pendukung semata latar belakang. Kalau bosan dgn latar belakang band, coba pakai penontonnya :
Memotret penyanyi solo, pendekatan utama adalah pada ekpresinya saat membawakan lagunya. Sedangkan kalau memotret band, yang penting penyanyi utamanya plus satu pemusik. Tak perlu semua pemusik masuk dalam frame.
Manakala mesin asap bekerja, itu saat permainan cahaya seperti foto berikut, jangan sampai dilewatkan :
Kategori Fashion
Memotret panggung yang lain adalah pada sebuah acara fashion show. Fotografi fashion biasanya sangat rewel pada akurasi warna. Beda dengan musik, cahaya yang dipakai fashion harus daylight lamp. Tapi di Indonesia, kadang lampu taman pun dipakai pada fashion show, maka pakailah format file RAW untuk hasil terbaik dalam foto fashion.
Kategori Tari dan Teater
Sedangkan memotret pertunjukan tari, Anda harus memotret pada adegan yang dianggap “adegan puncak”. Adegan puncak bisa dirasakan kalau Anda sering memotret tari. Foto tari bukanlah untuk orang yang baru pertama kali memotret. Contoh adegan yang bisa disebut “puncak” :
Sedangkan fotografi teater, mirip tarian, Anda harus menemukan adegan kunci yang fotogenik. Contoh adegan teater yang fotogenik :
Yg paling penting pada fotografi panggung adalah, Anda berada di posisi terbaik..jangan datang terlambat! Banyak pertunjukan hanya boleh dipotret pada gladi resiknya saja. Jangan terlewatkan!.
Demikian sekilas mengenai teknik fotografi panggung. Semoga bermanfaat.
Ini yang fresh dari saya, Senin malam lalu pada konser Soneta Group: https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10152450115399751&set=a.72535974750.74191.545804750
Kekurangsempurnaan mungkin akibat belum baca tip dari RK di halaman ini :)
Mas akun pakai kamera canon EOS 1300D. untuk panggung gunakan lensa tele ya mas?
Terima kasih penjelasan, ini sangat menambah wawasan saya sebagai newbie dalam dunia fotografer..